Ziarah Wali Pitu di Bali
Tentang Wali Pitu
Pulau Bali menyimpan jejak dakwah islam yang masyhur yang turut menambah deret tujuan pariwisata di pulau yang dikenal sebagai pulau dewata. Terdapat 7 (tujuh) makam wali yang dianggap keramat yang tersebar di beberapa tempat, karena itu disebut juga Wali Pitu atau Wali Tujuh, yang hingga saat ini kerap diziarahi kaum muslim maupun non muslim dari berbagai penjuru tanah air. Mereka adalah:
1. Raden Mas Sepuh / Pangeran Amangkuningrat di Badung
2. Habib Umar bin Maulana Yusuf Al Maghribi di Tabanan
3. Habib Ali bin Abu Bakar bin Umar bin Abu Bakar Al Hamid di Klungkung
4. Habib Ali Zainal Abidin Al Idrus di Karangasem
5. Syeich Maulana Yusuf Al Baghdi Al Maghribi di Karangasem
6. Syeich Abdul Qodir Muhammad di Buleleng
7. Habib Ali bin Umar bin Abu Bakar Bafaqih di Jembrana
lanjutkan baca...
Ziarah Spiritual Wali 7 Bali
There are no translations available.
Alexandra Bali Tour menyajikan paket ziarah Wali Pitu yang dipadu jelajah khazanah wisata spiritual Pulau Bali. Kami menyediakan penginapan yang nyaman, makanan & minuman yang terjamin, serta pemandu yang memahami wisata spiritual, yang membuat ziarah Anda bermakna dan membawa berkah.
Tentang Wali Pitu
There are no translations available.
Pulau Bali menyimpan jejak dakwah islam yang masyhur yang turut menambah deret tujuan pariwisata di pulau yang dikenal sebagai pulau dewata. Terdapat 7 (tujuh) makam wali yang dianggap keramat yang tersebar di beberapa tempat, karena itu disebut juga Wali Pitu atau Wali Tujuh, yang hingga saat ini kerap diziarahi kaum muslim maupun non muslim dari berbagai penjuru tanah air. Mereka adalah:
1. Raden Mas Sepuh / Pangeran Amangkuningrat di Badung
2. Habib Umar bin Maulana Yusuf Al Maghribi di Tabanan
3. Habib Ali bin Abu Bakar bin Umar bin Abu Bakar Al Hamid di Klungkung
4. Habib Ali Zainal Abidin Al Idrus di Karangasem
5. Syeich Maulana Yusuf Al Baghdi Al Maghribi di Karangasem
6. Syeich Abdul Qodir Muhammad di Buleleng
7. Habib Ali bin Umar bin Abu Bakar Bafaqih di Jembrana
Islam telah masuk ke Pulau Bali semenjak abad ke-15 M, yang dibuktikan oleh catatan lokal saat Dalem Ketut Ngelesir menjadi raja Gelgel pertama (1380—1460 M) dan mengadakan kunjungan ke keraton Majapahit atas undangan Prabu Hayam Wuruk. Beliau pulang ke Bali dengan diiringi 40 (empat puluh) orang dari Majapahit, yang konon di antara mereka terdapat Raden Modin dan Kiai Abdul Jalil. Peristiwa ini dijadikan patokan masuknya Islam di Pulau Bali yang bermula di kerajaan Gelgel, dan berkembang terus hingga saat ini.
1. Keramat Pantai Seseh (Syeich Ahmad Hamdun Khoirussoleh alias Raden Mas Sepuh alias Pangeran Amangkuningrat)
Raden Mas Sepuh yang bernama kecil Pangeran Amangkuningrat adalah putra Raja Mengwi I. Semenjak kecil, beliau diasuh oleh ibunya, seorang muslimah asal Blambangan, Jawa Timur. Proses ditemukannya Makam Keramat Pantai Seseh dimulai sejak Jamaah Manaqib yang ada di Bali mendapat petunjuk, yaitu pada bulan Muharram 1413 H atau 1992 M yang kemudian ditemukan juga makam keramat yang lain.
Makam ini terletak di Pantai Seseh, Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung yang berdampingan dengan Candi Pura Agung di Tanah Lot. Jarak antara Pantai Seseh dan Jalan Raya Tabanan - Denpasar ± 15 km. Selain dikeramatkan oleh kaum muslimin, makamnya juga dihormati oleh umat Hindu. Juru kuncinya bahkan seorang pemuka Hindu.
2. Keramat Pamecutan
Makam Keramat Pamecutan terletak di Jln. Batu Karu, Pamecutan, Denpasar. Raden Ayu Siti Khotijah, yang bernama asli Ratu Ayu Anak Agung Rai, adalah adik Raja Cokorda III dari Kerajaan Pamecutan. Beliau dipersunting oleh Pangeran Sosrodiningrat, seorang senopati Kerajaan Mataram.
Suatu malam sewaktu Siti Khotijah mengerjakan shalat tahajjud di kamar yang pintunya terbuka, secara tidak sengaja ia terlihat oleh pengawal yang tengah berjaga dan terdengar suara takbir“Allahu Akbar”, yang didengarnya sebagai “makeber” yang dalam bahasa Bali berarti “terbang”. Pengawal yang melihat Siti Khotijah yang mengenakan mukenah putih mengiranya leak, menghujamkan tombak ke punggung Siti Khotijah yang saat itu dalam posisi sujud, dan tewas di tempat.
Jenazah Dewi Khodijah yang tertelungkup dengan tombak terhunjam di punggungnya sulit diangkat dan dibujurkan. Jenazahnya tetap sujud tidak berubah. Baginda mencari bantuan kepada umat Islam yang ada di sana agar mau merawat jenazah adiknya menurut cara Islam. Umat Islam lalu segera membantu merawat jenazah, mulai dari memandikan, mengafani, menshalati, sampai memakamkannya dan semuanya berjalan lancar.
Meski demikian, satu hal yang tak dapat diatasi yaitu batang tombak yang menghujam di punggungnya tidak dapat dicabut. Akhirnya, atas keputusan semua pihak, jenazah dimakamkan bersama tombak yang masih berada di punggungnya. Anehnya, batang tombak yang terbuat dari kayu itu bersemi dan hidup sampai sekarang. Hal tersebut dapat dibuktikan apabila Anda berkunjung ke makam Dewi Khodijah.
3. Makam Pangeran Sosrodiningrat
Beliau adalah seorang senopati dari Mataram, suami dari Dewi Khodijah (Ratu Ayu Anak Agung Rai). Makam beliau berada di Loloan, Negara. Beliau dapat mempersunting Dewi Khodijah karena telah berjasa membantu Raja Pemecutan ketika berperang melawan salah satu Kerajaan di Bali dan mendapat kemenangan.
Yang kini memelihara Makam Keramat Pamecutan (makam Siti Khodijah) dan makam Pangeran Sosrodiningrat adalah Bapak K.H.M. Ishaq, sesepuh atau tetua Kampung Islam Kepaon, yang juga menjadi tetua umat Islam Kepaon. Beliau diberi wewenang untuk mengawasi dan memelihara makam Dewi Khodijah (Keramat Pamecutan) oleh kerabat keluarga Raja Pemecutan sampai sekarang.
4. Keramat di Bukit Bedugul (Habib Umar bin Yusuf al-Maghribi)
Makam ini terletak di bukit Bedugul, Kabupaten Tabanan, Bali, yang hanya berwujud empat batu nisan untuk dua makam, yaitu makam Habib Umar dan pengikutnya yang luasnya 4×4 meter. Makam ini sebenarnya sudah lama ada, namun menurut keterangan dari beberapa tokoh masyarakat setempat baru saja ditemukan sekitar 40—50 tahun berselang oleh seorang yang mencari kayu bakar di bukit Bedugul tersebut. Untuk mencapai makam tersebut, peziarah harus berjalan kaki mendaki kurang lebih 4 jam.
Setiap Rabu terakhir bulan Safar, masyarakat setempat berbondong-bondong naik ke bukit berziarah di makam Habib Umar bin Yusuf Al Maghribi ini untuk memperingati wafatnya dengan mengadakan do’a bersama dan kenduri selamatan.
Pura Ulundanu, Danau Beratan Kebun Raya Eka Karya
5. Keramat Kusamba, Klungkung (Habib Ali bin Zainal Abidin al-Idrus)
Makam Habib Ali bin Abu Bakar bin Umar Al Hamid berada di tepi pantai di Desa Kusumba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, tidak jauh dari selat yang menghubungkan Klungkung dengan Nusa Penida. Selain dikeramatkan oleh kaum muslimin, makam ini juga dikeramatkan oleh umat Hindu. Semasa hidupnya, Habib Ali mengajar bahasa Melayu kepada Raja Dalem I Dewa Agung Jambe dari Kerajaan Klungkung. Raja kala itu menghadiahkan seekor kuda sebagai kendaraan dari kediamannya di Kusamba menuju puri Klungkung.
Pada suatu hari, sewaktu Habib Ali pulang dari Klungkung dan sesampainya di pantai Desa Kusamba, beliau diserang oleh sekelompok orang yang tidak dikenal dengan senjata tajam dan tewas di tempat. Akhirnya, jenazah beliau dimakamkan di ujung barat pekuburan desa Kusamba.
6. Keramat Kembar Karangasem (Maulana Yusuf al-Baghdi al-Maghribi dan Ali bin Zaenal Abidin al-Idrus)
Makam Syekh Maulana Yusuf al-Baghdi al-Maghribi
Keramat Kembar Karangasem terletak di Desa Bungaya Kangin, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali. Makam keramat tersebut berada tidak jauh dari Jalan Raya Subangan arah ke utara, jalan tembus menuju ke Singaraja dari Desa Temukus. Dari Singaraja berjarak ± 6-7 km.
Di dalam satu cungkup makam kembar tersebut terdapat makam tua/kuno berjajar dengan makam Habib Ali bin Zainal Abidin al-Idrus. Menurut masyarakat, makam kuno inilah yang dikeramatkan sejak zaman dahulu. Makam ini diperkirakan berusia 350—400 tahun. Adapun mengenai nama, sejarah, dan dari mana asalnya, tidak satu pun yang tahu, bahkan juru kuncinya pun tidak tahu. Sebagian kalangan menyebutkan bahwa makam ini adalah makam dari Syekh Maulana Yusuf al-Baghdi al-Maghribi.
Adapun Habib Ali Zainal Abidin al-Idrus (wafat pada 9 Ramadhan 1404 H / 19 Juni 1983) dikenal sebagai ulama besar yang arif bijaksana, dan banyak santri yang mengaji kepadanya yang berasal dari Bali, Lombok dan sekitarnya. Semasa hidupnya, beliau menjadi juru kunci makam kuno itu dan dimakamkan di samping makan kuno tersebut.
Makan Tengku Abdurrahman, rekan Syeikh Maulana Yusuf
Habib Ali bin Zainal Abidin al-Idrus
7. Keramat Karang Rupit (Syekh Abdul Qadir Muhammad)
Makam Keramat Karang Rupit terletak di Desa Temukus (Labuan Aji), Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali. Makam tersebut berada di tepi Jalan Raya Seririt. Jarak dari Singaraja ± 15 km.
Makam keramat ini adalah makam dari Syekh Abdul Qadir Muhammad yang memiliki nama asli The Kwan Lie atau The Kwan Pao-Lie. Penduduk setempat menyebutnya sebagai Keramat Karang Rupit. Semasa remaja, beliau adalah murid Sunan Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat. Para peziarah, baik muslim maupun Hindu, biasanya banyak berkunjung pada hari Rabu terakhir (Rabu Wekasan) bulan Shafar. Uniknya, masing-masing menggelar upacara menurut keyakinan masing-masing.
8. Habib Ali bin Umar bin Abu Bakar Bafaqih
Habib Ali Bafaqih lahir di Banyuwangi, Jawa Timur, datang ke Bali pada tahun 1917 dan sebelumnya belajar agama di Mekkah. Pada tahun 1935 beliau mendirikan Pondok Pesantren Syamsul Huda yang telah meluluskan ribuan ulama & da'i. Santri-santrinya berasal dari berbagai daerah di tanah air. Faktor inilah yang diduga menjadi sebab ramainya para paziarah. Habib Ali wafat pada 1997 dalam usia 107 tahun. Selain dalam ilmu Al Quran, Habib Ali juga dikenal sebagai pendekar silat yang tangguh.
Ziarah Spiritual Wali 7 Bali
There are no translations available.
Alexandra Bali Tour menyajikan paket ziarah Wali Pitu yang dipadu jelajah khazanah wisata spiritual Pulau Bali. Kami menyediakan penginapan yang nyaman, makanan & minuman yang terjamin, serta pemandu yang memahami wisata spiritual, yang membuat ziarah Anda bermakna dan membawa berkah.
Keramat Pantai Seseh Keramat Pemecutan
Keramat Pantai Kusamba Keramat Karangrupit
Syeikh Maulana Yusuf Al-Bagdadi Habib Ali bin Zainal Abidin
Tengku Abdurrahman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar